PROPOSAL
PENELITIAN
APLIKASI
DAMINOZIDE DAN MACAM MEDIA
TERHADAP
PERTUMBUHAN TANAMAN BUNGA KRISAN (Chrysanthemum
sp)
Disusun oleh :
BAGUS WISNU ERLISTYA
CAHYADI
101.0401.004
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
TIDAR
2014
PROPOSAL
YANG BERJUDUL
APLIKASI
DAMINOZIDE DAN MACAM MEDIA
TERHADAP
PERTUMBUHAN TANAMAN BUNGA KRISAN (Chrysanthemum
sp)
Disusun oleh :
BAGUS WISNU ERLISTYA
CAHYADI
101.0401.004
Magelang,
................ 2014
Fakultas Pertanian
Universitas
Tidar
Pembimbing
I Dekan
Ir.
Rahayu Sarwitri, M.P. Ir. Hadi Rianto, M. Sc.
NIP.
19520906 1983032 001 NIK. 19580727 198504 C045
Pembimbing
II
Ir. Yulia Eko Susilowati, M. P.
NIK. 19590517 198902 4 C059
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN................................................................ 1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA....................................................... 3
2.1. Tanaman
Krisan.................................................................... 3
2.2. Media Tanam........................................................................ 6
2.3.
Zat Penghambat Tumbuh Retardan Daminozide.................. 8
BAB 3. PERMASALAHAN............................................................. 12
BAB 4. HIPOTESIS.......................................................................... 13
BAB 5. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN..................... 14
BAB 6. METODOLOGI PENELITIAN........................................... 15
6.1. Metode
Penelitian................................................................ 15
6.2. Waktu dan
Tempat Penelitian.............................................. 16
6.3. Alat dan
Bahan Penelitian.................................................... 16
6.4. Pelaksanaan
Penelitian......................................................... 16
BAB 7. PENGAMATAN.................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................ 22
LAMPIRAN....................................................................................... 25
LAY OUT PENELITIAN.................................................................. 26
BAB
I
PENDAHULUAN
Dengan meningkatnya kesejahteraan
masyarakat dari waktu ke waktu meng-akibatkan peningkatan permintaan akan
tanaman hias baik segi jumlah maupun mutunya. Beberapa produk hortikultura ini
telah menjadi prioritas untuk pengem-bangan lebih lanjut. Tanaman hias
meningkat untuk mengurangi impor anggrek, anthurium, krisan, gerbera dan
anyelir.
Krisan (Crysanthemum,
sp) selain dikenal sebagai bunga potong, sebagai tanaman pot yang bernilai
ekonomi tinggi. Warna yang cukup bervariasi seperti merah, putih, kuning, merah
muda, coklat dan jingga serta ukuran yang bermacam – macam, mempunyai nilai
estetika tinggi.
Kebutuhan pasar bunga – bunga
subtropis yang berkualitas tinggi untuk kawasan Asia Tenggara sampai saat ini
belum dapat terpenuhi. Untuk menutupi kekurangannya masih diperlukan impor
bunga – bunga dari luar Asia Tenggara (Supari, 1999). Sebagai negara tropis,
letak geografis Indonesia mampu memberikan kemudahan bagi pengusahaan tanaman
hias, khususnya bunga – bungaan (Rahardi, dkk, 1993).
Provinsi Jawa Tengah yang termasuk
salah satu sentra penghasil bunga potong, luas pertanaman dan produksi krisan
relatif kecil. Pada tahun 2001, luas pertanaman
krisan di Jawa Tengah 17.800 m² dengan produksi 1.381.250 tangkai.
Daerah sentra tanaman krisan terletak di Kabupaten Semarang (Anonim, 2001).
Media tanam harus memiliki sifat porous, sehingga
tanaman terhindar dari rendaman air dan kelembaban yang tinggi. Kelembaban yang
tinggi dapat meng-akibatkan tanaman menjadi busuk dan serangan jamur. Media
tanam memiliki drainase dan aerasi yang baik (Kristo, 2013).
Daminozide merupakan salah satu
retardan yang dipergunakan untuk
mengatur pertumbuhan krisan sebagai tanaman pot. Daminozide atau
2,2-dimehtylhydrazide merupakan retardan yang tidak aktif dalam tanah, namun
sangat aktif dalam tanaman dan bergerak ke semua bagian pucuk setelah aplikasi.
Aplikasi saat tanaman pada fase vegetatif sangat dianjurkan (Latimer, 2001).
Konsentrasi 3750 mg/l merupakan konsentrasi yang biasa digunakan (Evans, 2003).
Aplikasi zat pengatur tumbuh pada
tanaman hias pot pada umumnya digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan vegetatifnya. Pertumbuhan
yang dikendalikan meliputi tinggi tanaman dan per-cabangannya.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Tanaman
Krisan
Krisan sebagai bunga potong, dibudidayakan dengan dua
cara sesuai dengan permintaan pasar yaitu tipe standar dan tipe spray (Kofranek dalam Isabella, 2003).
Tipe standar (Disbudded inflorescens)
hanya memiliki satu tunas bunga yaitu tunas terminal yang dipelihara pada satu
batang. Tunas bunga lateral dibuang sehingga dihasilkan satu bunga dengan
ukuran besar. Tipe spray (Spray inflorescens) merupakan tipe
dengan seluruh tunas bunga lateral dibiarkan berkembang, tetapi bunga yang
pertama berkembang dibuang agar lebih banyak tunas lateral yang tumbuh dan
berukuran kecil.
Bunga krisan atau seruni dikenal
sebagai tanaman dunia timur. Kedudukan tanaman krisan atau seruni dalam
sistematika tumbuhan diklasif ikasikan sebagai berikut: kingdom Plantae,
divisio Spermatophyta, sub divisio Angiospermae, klasis Dicotyledoneae,
ordo Asterales, familia Asteraceae, genus Chrysanthemum,
spesies Chrysanthemum morifolium, R.
(Rukmana, 1997).
Spesies tanaman krisan cukup
banyak, antara lain:
·
Chrysanthemum
maximum yaitu krisan dengan tangkai panjang dan bunga
besar, biasanya berwarna putih dan kuning,
·
Chrysanthemum
frutecens merupakan tanaman krisan berbentuk semak
dengan bunga berwarna putih dan merah,
·
Chrysanthemum
morifolium/hortorum merupakan tanaman
krisan yang mempunyai banyak jenis dengan berbagai ukuran, bentuk dan warna
bunga bervariasi antara lain putih, krem, kuning, orange, merah muda, tembaga
dan ungu. Tinggi tanaman kurang dari 30 cm apabila hendak dijual sebagai bunga
pot. Tinggi tanaman pot hias komersial yang ideal adalah 1,5 – 2 kali tinggi
pot.
Perakaran tanaman krisan menyebar
ke semua arah pada kedalaman 30 cm – 40
cm. Akarnya mudah mengalami kerusakan akibat pengaruh ling-kungan yang kurang
baik, misalnya keadaan drainase yang jelek, kandungan unsur Al dan Mn dalam
tanah yang tinggi serta tanah yang terlalu masam.
Batang tanaman krisan tumbuh tegak,
berstruktur lunak dan berwarna hijau. Batang menjadi keras apabila dibiarkan
tumbuh terus (berkayu) dan berwarna hijau kecoklatan.
Bunga krisan tumbuh tegak pada
ujung tanaman dan tersusun dalam tangkai berukuran pendek sampai panjang.
Bentuk bunga beranekaragam. Organisasi pecinta krisan (National Chrysanthemum Society)
mengklasifikasikan ke dalam 13 kategori berdasarkan susunan dan jumlah mahkota
bunga (Rukmana, 1997). Bunga terletak pada bongkol kecil yang dikelilingi daun
pelindung (Phylaries). Setiap bongkol
bunga terdapat bunga cakram (Disk Flower)
berbentuk tabung dan bunga tepi (Ray
Flowers) yang berbentuk pita.
Semua jenis tanah yang dikelola
dengan baik dapat ditanami krisan. Umumnya tanaman tersebut menyukai tanah yang
gembur, subur serta bebas penyakit dengan pH optimal berkisar 6,2 – 6,7.
Tanaman krisan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di dataran dengan
ketinggian 600 m di atas permukaan laut dengan kelembaban 50% – 70% dan suhu
malam dibawah 22o C.
Temperatur merupakan faktor iklim yang sangat penting dalam pertumbuhan tanaman
dan berpengaruh pada kualitas bunga. Temperatur malam yang terlalu rendah
kurang baik karena akan menyebabkan pertumbuhan vegetatif yang berkepanjangan,
tanaman tumbuh lebih tinggi, tangkai bunga lebih panjang, waktu berbunga akan
lebih lama, batang lemas dan warna bunga akan pekat sekali (Supari, 1997).
Tanaman krisan tidak tahan air
hujan maka untuk daerah yang curah hujannya tinggi, penanaman dilakukan di
dalam bangunan rumah plastik. Suhu udara yang diperlukan adalah antara 20O
C – 26O C. Tanaman krisan juga butuh kelembaban tinggi untuk
awal pembentukan akar.
Salah satu proses fisiologi tanaman
krisan yang harus diperhatikan adalah kepekaan terhadap panjang hari atau yang
disebut fotoperiodisitas. Bunga krisan sebagai tanaman hari pendek membutuhkan
lama penyinaran kurang lebih 9 jam – 10 jam untuk membentuk tunas – tunas
bunga. Sebagai tanaman yang menyukai inten-sitas cahaya yang tinggi selama
pertumbuhan-nya, keragaman varietas tanaman krisan sangat menentukan perbedaan
waktu untuk mencapai tahap pembungaan. Sebagai tanaman hari pendek, untuk
merangsang pertumbuhan vegetatif harus ditambah penyinaran pada malam hari.
Penambahan sinar lampu pada malam hari harus dilakukan sejak bibit ditanam.
Sumber energi untuk menambah sinar pada malam hari bisa menggunakan lampu pijar
atau lampu TL. Dengan memanipulasi panjang hari, krisan dapat berbunga
sepanjang waktu dalam setahun. Jika masa terang lebih panjang dari 14,5 jam,
tanaman akan tetap pada vase vegetatif. Dan jika lebih pendek akan terjadi
pembentukan bunga (Andiani, 2013).
2.2 Media
Tanam
Pertumbuhan dan produksi tanaman
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu genetik dan lingkungan tempat tumbuhnya
(Hatta, 2013). Salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh dalam
pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah media tanam. Media tanam yang digunakan
haruslah media yang porous, artinya
media tidak menyerap air sampai menggenang (Andiani, 2013).
Media tanam merupakan tanah subur
yang meliputi kesuburan fisik, kesuburan kimia dan kesuburan biologi. Tanah
sebagai media tumbuh menyediakan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman. Kesuburan
fisik tanah yang dikehendaki tanaman adalah struktur remah sehingga bersifat
porous terdapat pori makro dan pori mikro yang optimal dan tata udara yang baik
(Agoes, 1994). Struktur tanah yang remah mempunyai aerasi dan drainase baik,
kapasitas mengikat air tinggi dan mempunyai temperatur yang optimal untuk
pertumbuhan tanaman (Foth, 1998).
Kesuburan secara kimia meliputi reaksi tanah (pH) yang berhubungan dengan
ketersediaan unsur hara. Besarnya reaksi tanah (pH) disesuaikan dengan jenis
tanahnya.
Kesuburan biologi meliputi
aktifitas jasad hidup tanah yang akan berperan dalam proses – proses pelapukan
bahan organik dalam tanah sehingga unsur hara menjadi tersedia bagi tanaman
(Buckman and Brady, 1982). Macam - macam media tanam seperti tanah, pasir,
sekam, serbuk gergaji, vermikulit, cocopeat (Agoes, 1994).
Untuk mempertahankan struktur tanah
yang ideal perlu dilakukan penambahan bahan organik. Bahan organik akan
berfungsi untuk menambah daya pegang air dan unsur hara dalam tanah. Bahan
organik yang digunakan seperti gambut, sekam padi, arang sekam, jerami padi,
serbuk gergaji, sabut kelapa, ampas tebu dan batang jagung. Bahan – bahan
tersebut dapat memperbaiki sifat fisik tanah apabila menggunakan jenis tanah
berstruktur padat sebagai media utamanya (Siong dan Budiana 2007).
Media daun bambu sebagai media
pertumbuhan tanaman dalam sistem hidroponik mempunyai kemampuan aerasi,
menyerap dan menahan air dengan baik karena mempunyai pori – pori yang banyak
(Asrodiah, 2005). Seresah daun
bambu sebagai sumber bahan organik mengandung N,
P, K, Ca dan Mg alami yang potensial untuk digunakan sebagai pupuk. Hasil
analisis laboratorium menunjukkan bahwa seresah daun bambu mengandung 3,4% N,
0,21% P2O5, 2,2% K2O, 2,1% CaO dan 0,65% MgO
(Ruhnayat, 2006).
Arang
sekam mengandung Karbon (C) 1,33%, Hidrogen (H) 1,54%, Oksigen (O) 33,645%, dan
Silika (SiO2) 16,98%. Arang sekam bersifat mudah mengikat air, tidak mudah
melapuk dan merupakan sumber karbon (C). Arang sekam sebagai media tanam yang
mempunyai porositas tinggi sehingga dapat meneruskan air dan larutan mineral
yang berlebihan ( Agoes, 1994).
Cocopeat atau serbuk serabut kelapa berasal dari pengolahan serabut
kelapa. Cocopeat
memiliki keunggulan yaitu memiliki daya serap air yang tinggi sehingga
dapat menghemat air
dan nutrisi serta dapat
menggemburkan tanah.
Cocopeat memiliki kadar
garam rendah yang dapat mengurangi penyakit dalam
tanah, memiliki
pori – pori
yang
memudahkan pertukaran udara
dan masuknya
sinar matahari.
Cocopeat juga mampu mengikat baubauan disekitarnya, menunjang pertumbuhan akar dengan
cepat sehingga baik untuk pembibitan. Cocopeat bersifat fiber
yaitu tahan 10 tahun terurai (Surahman, 2014). Selain itu cocopeat mengandung unsur
hara makro dan mikro yang sangat dibutuhkan bagi tanaman, berupa Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Kalium (K), Natrium (Na), dan Fospor (P) mengandung unsur hara
makro dan mikro yang sangat dibutuhkan bagi tanaman (Silo, 2013).
2.3 Zat Penghambat Tumbuh Retardan Daminozide
Retardan merupakan senyawa –
senyawa organik sintestik yang bila diberikan pada tanaman yang responsif akan
menghambat perpanjangan sel pada meristem sub apikal, mengurangi laju
perpanjangan batang tanpa mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan daun atau
tanpa mendorong pertumbuhan yang abnormal (Watimena, 1988). Retardan biasa
diaplikasikan pada tanaman yang tumbuh dalam pot untuk mengendalikan
pertumbuhan tunas dan menghasilkan tanaman yang kompak (Latimer, 2001).
Beberapa retardan sintetik digunakan dalam budidaya
hortikultura. Seperti daminozide (Alar dan B-nine), chloromequat (cycocel), ancymindol
(A-Rest), paclobutrazol (Bonzi), dan maleic hydrazine. Fungsi retardan yaitu
menghambat pemanjangan internode, membentuk tanaman menjadi kompak, dan bentuk
tanaman lebih menarik (Acquaah,2002).
Daminozide atau
2,2-dimehtylhydrazide merupakan retardan yang tidak aktif dalam tanah, namun
sangat aktif dalam tanaman dan bergerak ke semua bagian pucuk setelah aplikasi.
Daminozide mempunyai aktifitas menghambat yang lebih rendah dibandingkan jenis
retardan yang lain sehingga meminimalkan kemungkinan tanaman menjadi kerdil
(Latimer, 2001). Konsentrasi yang digunakan antara 1250 mg/l hingga 5000 mg/l
(Evans, 2003).
Secara umum, daminozide mudah
diaplikasikan dan tidak bersifat fitotoksit. Aktifitasnya berkurang dengan
semakin tingginya suhu. Daminozide hanya efektif bila diaplikasikan dengan
menggunakan metode semprot pada tajuk. Selama 24 jam setelah aplikasi, tanaman
tidak boleh disiram karena akan menyebabkan berkurang-nya aktifitas kimia
daminozide (Bailey et al., 1998).
Aplikasi daminozide sebaiknya
dilakukan pada saat tanaman memasuki fase pertumbuhan vegetatif. Aplikasi yang
lebih awal pada 6 hari setelah tanam dapat mengakibatkan pengkerdilan tanaman
(Bailey dan Whipker, 1998). Sebaliknya, apabila daminozide terlambat
diaplikasikan ukuran dan perkembangan bunga akan terlambat. Aplikasi yang terlambat
dari daminozide mengakibatkan pengurangan ukuran pada tanaman poinsettia (Latimer, 2001).
Hasil penelitian
menyebutkan bahwa campuran antara cocopeat,
pupuk organik serta pupuk anorganik
memberikan laju pertumbuhan terbaik pada tanaman legum (Ardika, 2013).
Hasil penelitian Wijayanti, (2013)
menyebutkan bahwa penggunaan kompos seresah daun bambu 100% sebagai media tanam
hidroponik memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan komposisi arang sekam.
Daminozide mengurangi jumlah bunga
per batang pada tanaman scaevola aemula “New Wonder” saat diaplikasikan
pada konsentrasi 5000mg/l (Starman dan Williams, 2000). Tidak ada pengaruh
nyata dari aplikasi daminozide konsentrasi 1000 mg/l pada warna dan bentuk
bunga Zinnie elegans Jocq. Kultivar
“Liliput” (Pinto et al., 2005).
Hasil penelitian menyebutkan bahwa daminozide secara
efektif mengendalikan tinggi tanaman kubis hias (Brasica oleracea var. Acephala) dengan satu kali aplikasi pada
konsentrasi 2500 mg/l (Gibson
dan Whipker, 2001).
Daminozide mengendali-kan tinggi tanaman sebesar 12% lebih pendek dibandingkan
dengan kontrol, namun diameter tanaman kubis hias tidak dipengaruhi oleh
aplikasi daminozide (Gibson dan Whipker, 2001).
BAB
III
PERMASALAHAN
Krisan yang ditanam dalam pot kini
sedang populer dikalangan masyarakat. Krisan pot yang baik mempunyai ketinggian
tanaman yang tingginya 1,5 – 2 kali tinggi dari pot. Petani belum banyak
menerapkan penggunaan zat penghambat tumbuh untuk memperpendek tanaman serta
membuat batang menjadi lebih keras. Daminozide adalah salah satu jenis retardan
yang berfungsi untuk memperpendek tanaman dan membuat batang tanaman lebih
keras serta membuat bunga lebih kompak.
Pertumbuhan tanaman krisan juga
dipengaruhi oleh media tanam. Banyaknya jenis media tanam dapat memberikan
pertumbuhan tanaman krisan apabila
ditanam di pot. Macam media harus mencakup sifat fisik, kimia dan biologis
tanah sehingga akan menghasilkan bunga krisan yang terbaik.
BAB
IV
HIPOTESIS
Diduga pemberian zat penghambat
tumbuh retardan daminozide pada aplikasi pemberian 6 hari sekali dan penggunaan
media tanam tanah : arang sekam : pupuk kandang memberikan hasil yang terbaik
pada tanaman bunga krisan.
BAB
V
TUJUAN
DAN KEGUNAAN PENELITIAN
5.1 Penelitian ini bertujuan untuk :
5.1.1
Mengetahui pertumbuhan tanaman krisan dari perbedaan
aplikasi daminozide,
5.1.2
Mengetahui pertumbuhan tanaman krisan mengunakan campuran
media tanam yang berbeda – beda,
5.1.3
Mengetahui kombinasi
perbedaan aplikasi daminozide dan media terhadap pertumbuhan tanaman krisan.
5.2 Kegunaan Penelitian
5.2.1
Untuk mengetahui waktu
yang tepat pemberian zat penghambat tumbuh daminozide pada tanaman krisan,
5.2.2
Menambah
pengetahuan penulis mengenai media yang cocok
digunakan untuk pertumbuhan tanaman krisan pada dataran rendah,
5.2.3
Dasar
pertimbangan bagi masyarakat sekitar khususnya dan pembaca pada umumnya untuk
membudidayakan tanaman krisan dalam pot sebagai tanaman
hias, bukan sebagai bunga potong.
BAB
VI
METODOLOGI PENELITIAN
6.1
Metode Penelitian
Penelitian
dilaksanakan di pot dengan menggunakan rancangan faktorial yang disusun dalam
Rancangan Acak Kelomok Lengkap
(RAKL), dengan dua faktor perlakuan dan diulang tiga kali. Faktor tersebut adalah :
6.1.1
Aplikasi zat penghambat tumbuh daminozide (A), dengan taraf sebagai berikut:
A1 : Setiap 3 hari setelah tanam
A2 :
Setiap 6 hari setelah tanam
A3 :
Setiap 9 hari setelah tanam
A4 :
Setiap 12 hari setelah tanam
6.1.2 Macam media (M), dengan taraf
sebagai berikut :
M1 : Tanah : Arang sekam : Pupuk
kandang kambing
M2 : Tanah : Cocopead : Pupuk
kandang kambing
M3 : Tanah : Daun bambu : Pupuk
kandang kambing
Dari
2 faktor perlakuan diperoleh 12 kombinasi perlakuan yaitu sebagai berikut:
A1M1 A1M2 A1M3
A2M1 A2M2 A2M3
A3M1 A3M2 A3M3
A4M1 A4M2 A4M3
Data
hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam. Uji lanjut yang
berbeda nyata dan berbeda sangat nyata dengan uji LSD.
6.2 Waktu dan Tempat
Penelitian
Penelitian dilakukan
mulai bulan Agustus
2014 hingga bulan November 2014 di rumah kaca Dinas
Pertanian Kota Magelang, Jalan Panembahan Senopati Kelurahan Jurang Ombo
Kecamatan Magelang Selatan. Tempat tersebut mempunyai ketinggian 380 m di atas
permukaan laut dan
jenis tanah latosol dengan pH 6.
6.3 Alat dan Bahan
Penelitian
Alat yang digunakan yaitu
: cangkul, gembor, ember , sprayer, meteran,
timbangan, paranet, pisau, penggaris, gunting pangkas, pot, lampu TL, kabel, jangka sorong dan tali
rafia. Bahan yang digunakan yaitu : bibit krisan, pupuk kandang kambing, tanah ,
arang sekam, cocopead, Daminozide, Lannate 25 WP, Daconil 75 WP, Urea, ZA, SP-36, KCl.
6.4 Pelaksanaan
Penelitian
6.4.1
Persiapan
6.4.1.1 Pemilihan bibit
Dengan memilih tanaman
yang sehat, berdaun 5,
tinggi 10 cm – 15 cm. Bibit
diperoleh dari penangkar bibit krisan Bandungan Kabupaten Semarang.
6.4.1.2 Persiapan media tanam
Pot
yang dipakai adalah pot bunga dengan garis tengah 20 cm dengan komposisi media
yang sesuai perlakuan dengan perbandingan tiap media 1 : 1 : 1.
6.4.1.3 Penanaman
Pemindahan bibit
didalam pot dilakukan secara hati – hati se-hingga akar tidak terputus. Setelah
bibit dipindahkan, pot ditempatkan di rumah kaca dengan jarak antar pot 20 cm
dan jarak antar ulangan 50 cm.
6.4.1.4
Pemeliharaan
· Penyiraman
Penyiraman dilakukan
kontinue satu hari sekali sesuai kapasitas lapang dan kondisi lingkungan serta
media. Penyiraman dilakukan dengan cara mengabutkan air hingga media dalam pot
cukup basah.
· Penyinaran
Penyinaran dilakukan
mulai saat tanam sampai dengan periode menjelang fase generatif krisan yaitu
delapan minggu setelah pemindahan ke pot dengan menggunakan TL sebesar 15
watt/m² diletakkan setinggi 1 m di atas pucuk tanaman. Lampu TL berjumlah 1
buah/m² dengan waktu penyinaran 4 jam/hari mulai pukul 18.00 – 22.00 WIB.
· Pemupukan
Pada umur 1 minggu
setelah tanam sampai umur 1 bulan dengan memberikan campuran Urea : ZA : KNO3
dengan perbandingan 2 : 2 : 1 sebanyak 5 g/l air untuk 5 pot tanaman selama
masa fase vegetatif tanaman.
Pada masa generatif
krisan mulai muncul bakal bunga diberi campuran pupuk Urea : Sp-36 : ZA : KNO3
dengan perbandingan 1 : 1 : 2 : 3 sebanyak 5 g/ l untuk 5 pot dengan frekuensi
1 bulan sekali.
· Pinching
Pinching adalah
membuang pucuk terminal dari bibit asal. Pinching dilakukan setelah tanaman
memiliki lima daun sempurna dan yang dibuang adalah tunas yang ada antara daun
keempat dan kelima. Pinching
dilakukan saat tanaman berumur 10 hari setelah tanam.
· Pengendalian
hama dan penyakit
Untuk pengendalian hama
dan penyakit yang sering menyerang tanaman krisan yaitu serangga trips,
dilakukan penyemprotan Lannate 25 WP pada saat tanaman berumur dua minggu
setelah bibit ditanam di media pot. Interval penyemprotan tiap 10 hari sekali.
Penyemprotan Daconil 75 WP dilakukan satu minggu sekali untuk mengendalikan
cendawan Fusarium menyerang tanaman krisan.
·
Aplikasi Daminozide
Aplikasi pemberian Daminozide
sesuai perlakuan. Pemberian Daminozide dilakukan dengan cara menyemprotkan
merata pada tajuk tanaman dengan konsentrasi 3750 mg/l.
·
Pemanenan
Pemanenan dilakukan
pada umur tanaman krisan 9 minggu setelah dipindahkan ke dalam pot. Kriteria
panen yaitu apabila bunga telah mekar penuh.
BAB
VII
PENGAMATAN
Pengamatan dilakukan pada masing -
masing kombinasi perlakuan, setiap kombinasi perlakuan terdiri dari 6 pot
dengan 3 tanaman tiap pot. Pengamatan dilakukan pada tanaman sampel berjumlah 2
pot. Parameter yang diamati meliputi :
7.1
Saat berbunga (hari)
Dengan cara menghitung jumlah hari
saat pertama kali bunga muncul,
7.2 Saat
bunga mekar (hari)
Pengukuran dilaksanakan dengan cara
menghitung jumlah hari setelah pinching, diukur pada saat kuncup bunga
memperlihatkan warna kuning dan di rata – rata berdasarkan jumlah bunga pada
masing – masing perlakuan,
7.3 Tinggi
tanaman (cm)
Pengukuran
tinggi tanaman dilakukan pada saat panen dan diukur mulai pangkal akar hingga
titik tumbuh,
7.4 Jumlah
bunga per tanaman
Pengamatan
dilakukan dengan menghitung seluruh bunga pada tanaman pada saat panen,
7.5
Diameter bunga (cm)
Pengamatan
dilakukan dengan mengukur diameter bunga mekar penuh pada saat panen,
7.6
Panjang tangkai bunga
(cm)
Pengamatan
dilakukan dengan cara mengukur dari pangkal tangkai bunga sampai pangkal
kelopak bunga. Dilakukan pada saat panen,
7.7 Panjang
ruas rata-rata (cm)
Pengukuran
panjang ruas dilakukan setelah panen. Pengukuran panjang ruas dihitung dengan
cara tinggi tanaman dibagi jumlah ruas,
7.8 Jumlah cabang
Perhitungan
jumlah cabang dilakukan
setiap minggu dengan menghitung jumlah cabang yang ada di setiap tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Acquaah,
George, 2002. Horticulture – Principles
and Practices. Second Edition, Prentice Hall. 132 h.
Agoes,
D.N. 1994. Aneka Jenis Media Tanam dan Penggunaannya. Penebar Swadaya. Jakarta.
92 h.
Andiani,
Yuli. 2013. Budidaya Bunga Krisan Potensi
Besar Sebagai Komoditas Ekspor. Pustaka Baru Press. Yogyakarta. 98 h.
Anonim.
2001. Laporan Tahunan 2001. Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Tengah. Ungaran.78 h.
Ardika, Brigitha Dara. 2013. Uji Efektivitas Penambahan Cocopeat Terhadap Pertumbuhan Legum Sebagai
Tanaman Penutup Di Area Reklamasi Bekas Tambang Batubara. Skripsi. Universitas
Atma Jaya Yogyakarta.
Asrodiah,
R. 2005. Pemanfaatan Seresah Kompos Daun
Bambu sebagai Media Pertumbuhan Stroberi (Fragaria ananassa Duch) yang ditanam
secara hidroponik. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Buckman,
H. and Brady, N. 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Soegiman. Bhratara Karya Aksara.
Jakarta. 188 h.
Foth,
D.H. 1998. Dasar – dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
781 h.
Gibson, J.
L. and B. E. Whipker. 2001. Ornamental
Cabbage and kale growth responses to daminozide, paclobutrazol and uniconazole.
HorTech. J. 11: 226-230.
Isabella,
Nyimas. 2003. Budidaya Bunga Krisan Potong (Dendranthema
grandiflora Tzvelev) di PT Alam Indah Bunga Nusantara, Cipanas Cianjur Jawa
Barat. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian Bogor. 132 h.
Rahardi,
F. Wahyuni, S. Nur Cahyo, EM. 1993. Agribisnis
Tanaman Hias. Penebar Swadaya. Jakarta. 9. h.
Ruhnayat,
Agus.2006. Pupuk Organik Sehati (Pupuk
Organik Berbasis Pestisida Nabati) untuk Meningkatkan Produksi dan Kesehatan
Tanaman. Badan Litbang Pertanian. Bogor.
Rukmana, R.H.
dan Asep Eka M. 1997. Bertanam Krisan.
Penerbit Kanisius. 126. h.
Siong,
Y.K. dan Budiana, N.S. 2007. Mudah dan
Praktis Melebarkan Bunga Euphorbia. Depot. Penebar Swadaya.
Starman, T.
J. and M. S. William. 2000. Growth
retardants affect growth and flowering Scaevola. HortSci. J. 35:36-38
Supari,
DH. 1999. Tuntunan Membangun Agribisnis.
Elex Komputindo Kelompok Gramedia – Jakarta. Jakarta. 408 h.
Watimena, G.A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. PAU
Bioteknologi Institut Pertanian Bogor. 145 h.
Whipker, B.
E., S. Dasoju and I. McCall. 1998. Guide
to Successfull Pot Sun Flower Production. Horticulture Information Leaflet
628. Nc State University. http://www.ces.ncsu.edu/depts/hort/hil. Diakses
tanggal 18 Mei 2014.
Wijayanti,
E. Anas D. Susila. 2013. Pertumbuhan dan
Produksi Dua Varietas Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) secara Hidroponik
dengan Beberapa Komposisi Media Tanam. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.