PROPOSAL
PENELITIAN PENGARUH KEDALAMAN JURINGAN DAN DOSIS PUPUK PHOSPHAT TERHADAP
PERTUMBUHAN TANAMAN TEBU
(Saccharum
officinarum L.)
Disusun Oleh :
BAGUS WISNU E.C.
NPM : 1010401004
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR MAGELANG
2012
PROPOSAL
YANG BERJUDUL
PENGARUH
KEDALAMAN JURINGAN DAN DOSIS PUPUK PHOSPHAT TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TEBU
(Saccharum
officinarum L.)
Yang
Disusun Oleh :
Bagus
Wisnu Erlistya Cahyadi
NPM : 1010401004
Telah
disusun guna melengkapi tugas akhir kuliah metode ilmiah
Pada
tanggal : 11 Juni 2012
Proposal
tersebut telah diterima sebagai
Tugas
akhir mata kuliah Metode Ilmiah
|
I.
PENDAHULUAN
Tanaman
tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salaah satu tanaman
penting sebagai penghasil gula. Lebih dari setengah produksi gula dunia berasal
dari tebu (Sudiatso, 1982).
Di
tahun 1978, data sampai 31 Juli 1988, menunjukkan terjadinya penurunan hasil
tebu sebesar 1,9 % dan rendemen 1,26% sedang hasil gula menurun sebesar 16%
(Sunanto, 1988).
Usaha
pemerintah untuk mempertinggi produksi gula antara lain ditempuh dengan
mendirikan Pabrik Gula Besar diluar Jawa (perluasan areal) disamping menderikan
Pabrik Mini. Dalam usaha tani, sesuai Inpres No.9 tahun 1975 telah dikembangkan
Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI). Untuk meningkatkan hasil gula persatuan luas,
ditempuh usaha intensifikasi, rehabilitasi dan modernisasi hal-hal tertentu
pada bidang tanaman dan pengolahan gula (Sudiatso, 1982).
Sejalan
dengan pertambahan penduduk dan peningkatan gizi masyarakat, kebutuhan akan
gula terus meningkat. Sampai akhir Pelita IV (1988) kebutuhan gula diperkirakan
mencapai 2,8 ribu ton, sedang produksi gula tahun 1980 hanya 1,2 ribu ton.
Dengan demikian masih diperlukan tambahan sebesar 1,6 ribu ton (Anonim, 1982).
Mutu
bibit yang digunakan petani kurang baik, waktu tanam yang kurang tepat dan cara
pemupukan serta pengolahan tanah yang dilakukan petani tidak sebaik yang
dilakukan oleh pabrik gula. Juringan yang dibuat petani umumnya dangkal (tidak
lebih dari 25 cm) dan waktu pengelantangan yang kurang memadai mengakibatkan
perbaikan kndisi fisik tanah tidak dapat dicapai dengan baik. Untuk mengatasi
penurunan produksi yang berkepanjangan perlu dilakukan cara pemupukan dan
pengolahan tanah yang tepat (Suhadi et al.,1984).
Tanah
yang sudah lama dipergunakan untuk pertanian kebanyakan miskin phosphat.
Kecuali pada tanah yang sudah diremajakan oleh pengaruh bahan-bahan erupsi
vulkanis, masih cukup mengandung zat hara (Ariadi, 1965).
Kemunduran
kesuburan untuk tanaman tebu telah menjadi masalah hangat sejak permulaan abad
ini, Kemerling (1901) (cit.Hong, 1977). Pada masa itu penggunaan pupuk buatan
masih jauh dibawah 100 kg N, P dan K setiap ha. Menurut perhitungan pada waktu
tebang telah diangkut bersamaan tebunya dari dalam tanah terangkut kurang lebih
sebanyak 150 kg N, 103 kg P2O5 dan 300 kg K2O per ha. Melihat besarnya jumlah
unsur-unsur hara yang diangkut dari dalam tanah pada tiap penebangan,
menimbulkan pemikiran betapa perlunya pemberian pupuk pada tanah-tanah yang
ditanami tebu (Anonim, 1975).
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman tebu (Saccharum officinarum
L.) termasuk keluarga rumput-rumputan dari bangsa Saccharum.di Indonesia
tanaman lain daripada tebu, yang juga termasuk bangsa Saccharum ialah glagah (Saccharum
spontanum) (Adisewojo, 1982)
Tanaman Tebu (Saccharum Officanarum L.) merupakan tanaman perkebunan semusim,yang
mempunyai sifat tersendiri,sebab didalam batangnya terdapat zat gula. Tebu
termasuk keluarga rumput-rumputan (graminae) seperti halnya
padi,glagah,jagung,bambu dan lain-lain.
Tanaman
tebu (Saccharum officinarum L) termasuk keluarga rumput-rumputan dari bangsa
Saccharum. Tanamnan tebu tumbuh baik di daerah dataran yang ketinggiannya
kurang dari 500 meter di atas permukaan laut, serta mempunyai curah hujan tidak
kurang dari 2.000 mm per tahunnya (Muljana, 1982).
Juring
adalah tempat untuk meletakkan stek tebu. Dalam juringan beragam, kurang lebih
20 – 40 cm, tergantung dari jenis tanah dan iklim. Pada tanah berat dan tanah
yang mempunyai lapisan cadas dan keras, pembuatan juringan lebih dalam sehingga
akar tebu dapat tumbuh lebih bail. Demikian pula apabila sering turun hujan
lebat, galian juringan lebih dalam sehingga didapatkan guludan lebih tinggi.
Dengan demikian akan dapat dibuat timbunan lebih banyak pada saat jugar/kecrik
(Sudiatso, 1982). Adanya solum tanah yang tipis dan terdapatnya lapisan keras
dibawahnya, keadaan ini jelas menghambat pertumbuhan tanaman tebu. Untuk itu
perlu diusahakan pengolahan tanah yang dalam dengan maksud memecahkan lapisan
padat dan keras, memperbaiki permeabitas tanah, memperbaiki pertumbuhan
(Siswojo et al, 1985).
Pertumbuhan
tanaman tebu memerlukan unsur hara dan air yang cukup tersedia dan dapat
diserap. Unsur hara phosphor merupakan salah satu unsur hara yang diperlukan
untuk pertumbuhan tanaman tebu yaitu untuk perkembangan sistem perakaran dan
meningkatkan jumlah anakan (Suhadi et al., 1985).
Perkembangan akar tebu akan
lambat kalau suplai P-tersedia terkendala, sehingga akan muncul gangguan dalam
proses penyerapan air dan hara oleh akar tanaman.
Defisiensi P banyak terjadi
pada tebu-ratoon, dan gejala defisisensi semakin parah dengan bertambahnya umur
tanaman.
P bersifat mobil dalam tubuh
tanaman, sehingga gejala defisiensi muncul pertama pada daun tua. Defisiensi P
ini mengakibatkan pertumbuhan tanaman kerdil. Panjang ruas, panjang batang dan
diameter batang tebu semuanya mengecil kalau terjadi defisiensi P.
Mula-mula gejala defisiensi
pada daun tidak tampak, kemudian daun menjadi slender dan hijau kebiruan
warnanya. Warna merah dan ungu juga dapat muncul, terutama di bagian pucuk daun
dan tepi daun yang terkena cahaya langsung. Akhirnya helai daun mati mulai dari
ujung daun dan menjalar sepanjang tepi daun.
Pertumbuhan tanaman tebu melewati beberapa fase
yaitu perkecambahan, pertunasan, pemanjangan batang dan pemasakan.
Perkecambahan tebu diartikan sebagai pertumbuhan kembali dari keadaan dorman
dan ini merupakan periode kritis dalam kehidupan tanaman (Efffendi dan Leoh, 1984; Anonim, 1985)
III.
PERMASALAHAN
Mutu
bibit yang digunakan petani kurang baik, waktu tanam kurang tepat dan cara
pemupukan serta pengolahan tanah yang dilakukan petani tidak sebaik yang
dilakukan oleh pabrik gula. Juringan yang dibuat petani umumnya dangkal (tidak
lebih dari 25 cm). Menurut perhitungan pada waktu tebang telah diangkut bersamaan
tebunya dari dalam tanah terangkut kurang lebih sebanyak 150 kg N, 103 kg P2O5
dan 300 kg K2O per ha. Melihat besarnya jumlah unsur-unsur hara yang diangkut
dari dalam tanah pada tiap penebangan, menimbulkan pemikiran betapa perlunya
pemberian pupuk pada tanah-tanah yang ditanami tebu.
IV.
HIPOTESIS
Diduga
perlakuan kedalaman juringan 30 cm dan dosis pupuk phosphat 150 kg TSP/ha
memberikan hasil pertumbuhan tanaman tebu yang terbaik.
V.
TUJUAN DAN KEGUNAAN
PROPOSAL
Proposal
ini bertujuan untuk melengkapi tugas akhir mata kuliah metode ilmiah dan
diharapkan keberlanjutan proposal ini dapat dipertimbangkan untuk selanjutnya
digunakan sebagai dasar penelitian.
VI.
METODOLOGI
A. Metode
Penelitian
Penelitian
ini direncanakan akan dilakukan perlakuan dengan menggunakan Rancangan Petak
Terpisah (RPT), yang disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok Lengkap
(RAKL), dengan kedalaman juringan sebagai petak utama (mean plot) dan dosis
pupuk TSP sebagai anak petak (sub plot). Faktor yang akan dicobakan sebagai
berikut: Faktor 1. Kedalaman juringan (K) sebagai petak utama (mean plot)
terdiri dari tiga taraf :
K0
= 15 cm
K1
= 30 cm
K2
= 45 cm
Faktor
2. Dosis pupuk phosphat (P) sebagai anak petak (sub plot) terdiri dari tiga
taraf:
P = 0
kg TSP/ha
P1 = 150
kg TSP/ha
P2 = 300
kg TSP/ha
Diperoleh
kombinasi perlakuan sebagai berikut :
K0P0 K0P1 K0P2
K1P0 K1P1 K1P2
K2P0 K2P1 K2P2
B. Bahan
dan Alat Penelitian
1. Bahan
Penelitian
Stek
tebu varietas BZ-132, pupuk ZA,TSP,KCL
2. Alat
Penelitian
Cangkul,
skop, gijik, pisau, gembor, penggaris, pH meter, meteran, sabit, kertas tulis,
timbanagan, oven.
3. Jalannya
Penelitian
a. Pengolahan
Tanah
Membuat
saluran pemasukan dan pembungan air.
Membuat
got keliling dengan lebar 40 cm.
Membuat
got mujur dengan lebar 40 cm.
Membuat
got malang dengan lebar 30 cm.
Membuat
petakan dengan panjang 3 m dan lebar 2,7 m.
Membuat
juringan dengan kedalaman sesuai perlakuan, lebar juringan 40 cm dan jarak dari
pusat ke pusat 90 cm.
Membuat
kasuran tanaman dengan jalan memasukkan kembali tanah garpuan setebal 5 cm.
b. Penanaman
Stek
tebu berupa bagal bermata satu di tanam dalam juringan, dengan jarak dalam
juringan 30 cm. Penanamannya dengan posisi tidur, mata terletak disamping,
bibit dibenamkan sedalam 1-3 cm.
c. Pemeliharaan
Pengairan
Tanaman
tebu yang masih muda sejak tanam hingga kurang lebih umur 2,5 bulan membutuhkan
air yang cukup. Pemberian sesudah tanam, sesudah memupuk dan sebelum membumbun
dan pemberiannya disesuaikan dengan keadaan yang deperlukan.
Penyiangan
Penyiangan
dilakukan tiga kali yaitu pada saat tanam, memupuk dan membumbum. Dengan
menggunakan tangan dan cangkul, rumput pengganggu dibuang atau ditaruh
disekitar tanaman tebu dan ditutup dengan tanah pada waktu membumbun.
Pemupukan
Pemupukan
dengan dosis 500 kg ZA/ha (14 g/bibit) 150 kg TSP/ha (4,2 g/bibit), 300 kg
TSP/ha (8,3 g/bibit) dan 300 kg KCL/ha (8,3 g/bibit). Pemupukan pertama
diberikan 7 hari setelah tanam sebanyak setengah dari jumlah pupuk N (7
g/bibit) dengan dicampur pupuk P dan K. Pemupukan ke dua dilakukan setelah 30
hari setelah pemupukan pertama, dengan memberikan seluruh sisa dosis pupuk ZA.
Pupuk dimasukkan ke dalam lubang pupuk yang dibuat dengan tugal sejauh 7-10 cm
dari tanaman.
Pembumbunan
Pembumbunan
dilakukan dua kali yaitu bumbun 1: bersama-sama dengan penyianagan dan setelah
tanaman mendapatkan pemupukan ke dua kurang lebih umur 5 minggu, dengan jalan
tanah galian dimasukkan setebal 3-15 cm menutupu kasyran tanaman.
Bumbun
II.
Dilakukan
pada tanaman berumur dua bulan.
d. Akhir
Penelitian
Setelah
tanaman berumur tiga bulan, tanaman dipanen dengan jalan membongkar tanaman
sampai seakar-akarnya dengan menggunakan alat cangkul.
VII.
PARAMETER PENGAMATAN
Pengamatan
dilakukan selama dalam pertanaman pada setiap contoh tanaman dan sampel di
ambil pada juringan yang berada ditengah-tengah setiap petakan, yang terdiri
enam tanaman, pengamatan terdiri dari :
1. Panjang
daun
Panjang
helaian daun dari pangkal sampai ujung helaian daun pertama yang sudah membuka
sempurna menurut Kuy Per (daun kp). Pengamatan dimulai pada umur satu bulan
dengan selang waktu satu minggu hingga akhir penelitian.
2. Lebar
Daun
Lebar
dari tepi ketepi helaian daun kp. Pengamatan dimulai pada umur satu bulan
dengan selang waktu satu minggu hingga akhir penelitian.
3. Jumlah
Daun
Dengan
menghitung jumlah daun yang membuka sempurna menurut Kuy Per, dihitung pada
akhir penelitian.
4. Jumlah
Anakan
Dengan
menghitung jumlah anakan yang masih hidup, dihitung pada akhir penelitian.
5. Panjang
Batang
Dihitung
dari kedalaman stek dengan menggunakan ajir. Pengamatan dimulai pada umur satu
bulan dengan selang satu minggu hingga akhir penelitian.
6. Diameter
Batang
Garis
tengah dari diameter tebu diukur 10 cm dari permukaan tanah (setelah bumbun
akhir) dengan menggunakan jangka sorong. Pengamatan dilakukan pada akhir
penelitian.
7. Tinggi
Tanaman
Diukur
dari kedalaman stek hingga ujung daun tertinggi, dengan menggunakan ajir. Pengamatan dimulai pada umur satu bulan
dengan selang satu minggu hingga akhir penelitian.
8. Berat
Segar Tanaman Per Rumpun
Dengan
menimbang berat segar tanaman yang dihitung pada akhir penelitian.
9. Berat
Kering Tanaman Per Rumpun
Dengan
menimbang berat kering tanaman yang telah di oven pada temperatur 105 derajat C
selama 48 jam yang dihitung pada akhir penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Adi
Sewojo, R.Sodo. 1982. Bercocok Tanam Tebu. Penerbit Sumur Bandung.111 h.
Ariadi,
Darsono. 1965. Masalah Pemupukan Tanah dan Tebu. Majalah Perusahaan Gula Tahun 1. No. 3. H 82-88.
Effendi,
Usman dan B.Laoh.1984.Nomer Mata Tebu Sebagai Petunjuk Untuk Memilih Bibit Yang
Baik. Proseding Pertemuan Teknis Tengah Tahun II. BP3G.Pasuruan, h330-339.
Suhadi,
Sumoyo, Basrie Usman, Isro Ismail. 1984. Pengaruh Kedalaman Juringan, Pemupukan
TSP dan KCL Terhadap Hasil Tebu di Tanah Vertisol. Proseding Pertemuan Teknis
Tengah Tahun II. BP3G. Pasuruan. H 314-325.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar