Selasa, 06 Januari 2015

kedalaman juringan pada tanaman tebu

PROPOSAL PENELITIAN PENGARUH KEDALAMAN JURINGAN DAN DOSIS PUPUK PHOSPHAT TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TEBU
(Saccharum officinarum L.)

logo utm.bmp


Disusun Oleh :
BAGUS WISNU E.C.
NPM : 1010401004


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR MAGELANG
2012


PROPOSAL YANG BERJUDUL
PENGARUH KEDALAMAN JURINGAN DAN DOSIS PUPUK PHOSPHAT TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TEBU
(Saccharum officinarum L.)
Yang Disusun Oleh :
Bagus Wisnu Erlistya Cahyadi
NPM   : 1010401004

Telah disusun guna melengkapi tugas akhir kuliah metode ilmiah
Pada tanggal : 11 Juni 2012
Proposal tersebut telah diterima sebagai
Tugas akhir mata kuliah Metode Ilmiah
Magelang, 11 Juni 2012
Universitas Tidar Magelang
Dosen


Ir. Tujiyanta , M.P.

 
 















I.                   PENDAHULUAN
Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salaah satu tanaman penting sebagai penghasil gula. Lebih dari setengah produksi gula dunia berasal dari tebu (Sudiatso, 1982).
Di tahun 1978, data sampai 31 Juli 1988, menunjukkan terjadinya penurunan hasil tebu sebesar 1,9 % dan rendemen 1,26% sedang hasil gula menurun sebesar 16% (Sunanto, 1988).
Usaha pemerintah untuk mempertinggi produksi gula antara lain ditempuh dengan mendirikan Pabrik Gula Besar diluar Jawa (perluasan areal) disamping menderikan Pabrik Mini. Dalam usaha tani, sesuai Inpres No.9 tahun 1975 telah dikembangkan Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI). Untuk meningkatkan hasil gula persatuan luas, ditempuh usaha intensifikasi, rehabilitasi dan modernisasi hal-hal tertentu pada bidang tanaman dan pengolahan gula (Sudiatso, 1982).
Sejalan dengan pertambahan penduduk dan peningkatan gizi masyarakat, kebutuhan akan gula terus meningkat. Sampai akhir Pelita IV (1988) kebutuhan gula diperkirakan mencapai 2,8 ribu ton, sedang produksi gula tahun 1980 hanya 1,2 ribu ton. Dengan demikian masih diperlukan tambahan sebesar 1,6 ribu ton (Anonim, 1982).
Mutu bibit yang digunakan petani kurang baik, waktu tanam yang kurang tepat dan cara pemupukan serta pengolahan tanah yang dilakukan petani tidak sebaik yang dilakukan oleh pabrik gula. Juringan yang dibuat petani umumnya dangkal (tidak lebih dari 25 cm) dan waktu pengelantangan yang kurang memadai mengakibatkan perbaikan kndisi fisik tanah tidak dapat dicapai dengan baik. Untuk mengatasi penurunan produksi yang berkepanjangan perlu dilakukan cara pemupukan dan pengolahan tanah yang tepat (Suhadi et al.,1984).
Tanah yang sudah lama dipergunakan untuk pertanian kebanyakan miskin phosphat. Kecuali pada tanah yang sudah diremajakan oleh pengaruh bahan-bahan erupsi vulkanis, masih cukup mengandung zat hara (Ariadi, 1965).
Kemunduran kesuburan untuk tanaman tebu telah menjadi masalah hangat sejak permulaan abad ini, Kemerling (1901) (cit.Hong, 1977). Pada masa itu penggunaan pupuk buatan masih jauh dibawah 100 kg N, P dan K setiap ha. Menurut perhitungan pada waktu tebang telah diangkut bersamaan tebunya dari dalam tanah terangkut kurang lebih sebanyak 150 kg N, 103 kg P2O5 dan 300 kg K2O per ha. Melihat besarnya jumlah unsur-unsur hara yang diangkut dari dalam tanah pada tiap penebangan, menimbulkan pemikiran betapa perlunya pemberian pupuk pada tanah-tanah yang ditanami tebu (Anonim, 1975).

II.                TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) termasuk keluarga rumput-rumputan dari bangsa Saccharum.di Indonesia tanaman lain daripada tebu, yang juga termasuk bangsa Saccharum ialah glagah (Saccharum spontanum) (Adisewojo, 1982)
Tanaman Tebu (Saccharum Officanarum L.) merupakan tanaman perkebunan semusim,yang mempunyai sifat tersendiri,sebab didalam batangnya terdapat zat gula. Tebu termasuk keluarga rumput-rumputan (graminae) seperti halnya padi,glagah,jagung,bambu dan lain-lain.
Tanaman tebu (Saccharum officinarum L) termasuk keluarga rumput-rumputan dari bangsa Saccharum. Tanamnan tebu tumbuh baik di daerah dataran yang ketinggiannya kurang dari 500 meter di atas permukaan laut, serta mempunyai curah hujan tidak kurang dari 2.000 mm per tahunnya (Muljana, 1982).
Juring adalah tempat untuk meletakkan stek tebu. Dalam juringan beragam, kurang lebih 20 – 40 cm, tergantung dari jenis tanah dan iklim. Pada tanah berat dan tanah yang mempunyai lapisan cadas dan keras, pembuatan juringan lebih dalam sehingga akar tebu dapat tumbuh lebih bail. Demikian pula apabila sering turun hujan lebat, galian juringan lebih dalam sehingga didapatkan guludan lebih tinggi. Dengan demikian akan dapat dibuat timbunan lebih banyak pada saat jugar/kecrik (Sudiatso, 1982). Adanya solum tanah yang tipis dan terdapatnya lapisan keras dibawahnya, keadaan ini jelas menghambat pertumbuhan tanaman tebu. Untuk itu perlu diusahakan pengolahan tanah yang dalam dengan maksud memecahkan lapisan padat dan keras, memperbaiki permeabitas tanah, memperbaiki pertumbuhan (Siswojo et al, 1985).
Pertumbuhan tanaman tebu memerlukan unsur hara dan air yang cukup tersedia dan dapat diserap. Unsur hara phosphor merupakan salah satu unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman tebu yaitu untuk perkembangan sistem perakaran dan meningkatkan jumlah anakan (Suhadi et al., 1985).
Perkembangan akar tebu akan lambat kalau suplai P-tersedia terkendala, sehingga akan muncul gangguan dalam proses penyerapan air dan hara oleh akar tanaman.
Defisiensi P banyak terjadi pada tebu-ratoon, dan gejala defisisensi semakin parah dengan bertambahnya umur tanaman.
P bersifat mobil dalam tubuh tanaman, sehingga gejala defisiensi muncul pertama pada daun tua. Defisiensi P ini mengakibatkan pertumbuhan tanaman kerdil. Panjang ruas, panjang batang dan diameter batang tebu semuanya mengecil kalau terjadi defisiensi P.
Mula-mula gejala defisiensi pada daun tidak tampak, kemudian daun menjadi slender dan hijau kebiruan warnanya. Warna merah dan ungu juga dapat muncul, terutama di bagian pucuk daun dan tepi daun yang terkena cahaya langsung. Akhirnya helai daun mati mulai dari ujung daun dan menjalar sepanjang tepi daun.
Pertumbuhan tanaman tebu melewati beberapa fase yaitu perkecambahan, pertunasan, pemanjangan batang dan pemasakan. Perkecambahan tebu diartikan sebagai pertumbuhan kembali dari keadaan dorman dan ini merupakan periode kritis dalam kehidupan tanaman (Efffendi dan Leoh, 1984; Anonim, 1985)

III.             PERMASALAHAN
Mutu bibit yang digunakan petani kurang baik, waktu tanam kurang tepat dan cara pemupukan serta pengolahan tanah yang dilakukan petani tidak sebaik yang dilakukan oleh pabrik gula. Juringan yang dibuat petani umumnya dangkal (tidak lebih dari 25 cm). Menurut perhitungan pada waktu tebang telah diangkut bersamaan tebunya dari dalam tanah terangkut kurang lebih sebanyak 150 kg N, 103 kg P2O5 dan 300 kg K2O per ha. Melihat besarnya jumlah unsur-unsur hara yang diangkut dari dalam tanah pada tiap penebangan, menimbulkan pemikiran betapa perlunya pemberian pupuk pada tanah-tanah yang ditanami tebu.

IV.             HIPOTESIS
Diduga perlakuan kedalaman juringan 30 cm dan dosis pupuk phosphat 150 kg TSP/ha memberikan hasil pertumbuhan tanaman tebu yang terbaik.
V.                TUJUAN DAN KEGUNAAN PROPOSAL
Proposal ini bertujuan untuk melengkapi tugas akhir mata kuliah metode ilmiah dan diharapkan keberlanjutan proposal ini dapat dipertimbangkan untuk selanjutnya digunakan sebagai dasar penelitian.
VI.             METODOLOGI
A.    Metode Penelitian
Penelitian ini direncanakan akan dilakukan perlakuan dengan menggunakan Rancangan Petak Terpisah (RPT), yang disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL), dengan kedalaman juringan sebagai petak utama (mean plot) dan dosis pupuk TSP sebagai anak petak (sub plot). Faktor yang akan dicobakan sebagai berikut: Faktor 1. Kedalaman juringan (K) sebagai petak utama (mean plot) terdiri dari tiga taraf :

K0 = 15 cm
K1 = 30 cm
K2 = 45 cm
Faktor 2. Dosis pupuk phosphat (P) sebagai anak petak (sub plot) terdiri dari tiga taraf:
P          =          0 kg TSP/ha
P1        =          150 kg TSP/ha
P2        =          300 kg TSP/ha
Diperoleh kombinasi perlakuan sebagai berikut :
K0P0   K0P1   K0P2
K1P0   K1P1   K1P2
K2P0   K2P1   K2P2
B.     Bahan dan Alat Penelitian
1.      Bahan Penelitian
Stek tebu varietas BZ-132, pupuk ZA,TSP,KCL
2.      Alat Penelitian
Cangkul, skop, gijik, pisau, gembor, penggaris, pH meter, meteran, sabit, kertas tulis, timbanagan, oven.
3.      Jalannya Penelitian
a.       Pengolahan Tanah
Membuat saluran pemasukan dan pembungan air.
Membuat got keliling dengan lebar 40 cm.
Membuat got mujur dengan lebar 40 cm.
Membuat got malang dengan lebar 30 cm.
Membuat petakan dengan panjang 3 m dan lebar 2,7 m.
Membuat juringan dengan kedalaman sesuai perlakuan, lebar juringan 40 cm dan jarak dari pusat ke pusat 90 cm.
Membuat kasuran tanaman dengan jalan memasukkan kembali tanah garpuan setebal 5 cm.
b.      Penanaman
Stek tebu berupa bagal bermata satu di tanam dalam juringan, dengan jarak dalam juringan 30 cm. Penanamannya dengan posisi tidur, mata terletak disamping, bibit dibenamkan sedalam 1-3 cm.
c.       Pemeliharaan
Pengairan
Tanaman tebu yang masih muda sejak tanam hingga kurang lebih umur 2,5 bulan membutuhkan air yang cukup. Pemberian sesudah tanam, sesudah memupuk dan sebelum membumbun dan pemberiannya disesuaikan dengan keadaan yang deperlukan.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan tiga kali yaitu pada saat tanam, memupuk dan membumbum. Dengan menggunakan tangan dan cangkul, rumput pengganggu dibuang atau ditaruh disekitar tanaman tebu dan ditutup dengan tanah pada waktu membumbun.
Pemupukan
Pemupukan dengan dosis 500 kg ZA/ha (14 g/bibit) 150 kg TSP/ha (4,2 g/bibit), 300 kg TSP/ha (8,3 g/bibit) dan 300 kg KCL/ha (8,3 g/bibit). Pemupukan pertama diberikan 7 hari setelah tanam sebanyak setengah dari jumlah pupuk N (7 g/bibit) dengan dicampur pupuk P dan K. Pemupukan ke dua dilakukan setelah 30 hari setelah pemupukan pertama, dengan memberikan seluruh sisa dosis pupuk ZA. Pupuk dimasukkan ke dalam lubang pupuk yang dibuat dengan tugal sejauh 7-10 cm dari tanaman.
Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan dua kali yaitu bumbun 1: bersama-sama dengan penyianagan dan setelah tanaman mendapatkan pemupukan ke dua kurang lebih umur 5 minggu, dengan jalan tanah galian dimasukkan setebal 3-15 cm menutupu kasyran tanaman.
Bumbun II.
Dilakukan pada tanaman berumur dua bulan.
d.      Akhir Penelitian
Setelah tanaman berumur tiga bulan, tanaman dipanen dengan jalan membongkar tanaman sampai seakar-akarnya dengan menggunakan alat cangkul.
VII.          PARAMETER PENGAMATAN
Pengamatan dilakukan selama dalam pertanaman pada setiap contoh tanaman dan sampel di ambil pada juringan yang berada ditengah-tengah setiap petakan, yang terdiri enam tanaman, pengamatan terdiri dari :
1.      Panjang daun
Panjang helaian daun dari pangkal sampai ujung helaian daun pertama yang sudah membuka sempurna menurut Kuy Per (daun kp). Pengamatan dimulai pada umur satu bulan dengan selang waktu satu minggu hingga akhir penelitian.


2.      Lebar Daun
Lebar dari tepi ketepi helaian daun kp. Pengamatan dimulai pada umur satu bulan dengan selang waktu satu minggu hingga akhir penelitian.
3.      Jumlah Daun
Dengan menghitung jumlah daun yang membuka sempurna menurut Kuy Per, dihitung pada akhir penelitian.
4.      Jumlah Anakan
Dengan menghitung jumlah anakan yang masih hidup, dihitung pada akhir penelitian.
5.      Panjang Batang
Dihitung dari kedalaman stek dengan menggunakan ajir. Pengamatan dimulai pada umur satu bulan dengan selang satu minggu hingga akhir penelitian.
6.      Diameter Batang
Garis tengah dari diameter tebu diukur 10 cm dari permukaan tanah (setelah bumbun akhir) dengan menggunakan jangka sorong. Pengamatan dilakukan pada akhir penelitian.
7.      Tinggi Tanaman
Diukur dari kedalaman stek hingga ujung daun tertinggi, dengan menggunakan ajir.  Pengamatan dimulai pada umur satu bulan dengan selang satu minggu hingga akhir penelitian.
8.      Berat Segar Tanaman Per Rumpun
Dengan menimbang berat segar tanaman yang dihitung pada akhir penelitian.

9.      Berat Kering Tanaman Per Rumpun
Dengan menimbang berat kering tanaman yang telah di oven pada temperatur 105 derajat C selama 48 jam yang dihitung pada akhir penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Adi Sewojo, R.Sodo. 1982. Bercocok Tanam Tebu. Penerbit Sumur Bandung.111 h.
Ariadi, Darsono. 1965. Masalah Pemupukan Tanah dan Tebu. Majalah Perusahaan        Gula Tahun 1. No. 3. H 82-88.
Effendi, Usman dan B.Laoh.1984.Nomer Mata Tebu Sebagai Petunjuk Untuk Memilih Bibit Yang Baik. Proseding Pertemuan Teknis Tengah Tahun II. BP3G.Pasuruan, h330-339.
Suhadi, Sumoyo, Basrie Usman, Isro Ismail. 1984. Pengaruh Kedalaman Juringan, Pemupukan TSP dan KCL Terhadap Hasil Tebu di Tanah Vertisol. Proseding Pertemuan Teknis Tengah Tahun II. BP3G. Pasuruan. H 314-325.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar